Manusia ingin bahagia. Ada yang bilang “Kumpulin duit banyak nanti bahagia”.

Nanti dulu…

Hakikat bahagia menurut inspirasi yang saya dapat adalah hidup di jalan lurus, mengikuti perintah dan menjauhi larangan. Konsep ini bisa dibawa juga ke hal perduitan sehingga kita bisa mengartikannya: hakikat bahagia adalah bersikap lurus soal duit.

Maka….

Salah satu bagian dari jalan bahagia adalah dengan berusaha mencari, membelanjakan, dan mengelola keuangan (keluarga) sebaik mungkin.

Cara mengelola keuangan di jalan yang lurus adalah mengatur keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran. Syukur-syukur ada lebihan untuk ibadah dan amal.

Jalan yang SALAH dalam keuangan adalah menempuh hakikat keuangan yang tidak lurus dalam mencari, membelanjakan, dan mengelola duitnya.

Nilep duit orang adalah contoh jalan salah dalam mencari duit. Begitu pula ambil sana-sini. Grasak-grusuk ambil proyek. Apakah jalan hidup orang begini bisa bahagia?

Cara belanja juga bisa tidak lurus. Siapa bilang seni belanja aja gampang? Misalnya ada keluarga, si Suami dan si Istri juga bisa salah belanja kalau lebih mementingkan ego, nafsu, dan kepentingan dirinya. Akhirnya apa? Saling menutupi belanja agar tidak ketahuan pasangan. Awal-awal bisa lancar. Akhirnya? Rame!

Cara mengelola duit yang gak lurus juga bisa membawa masalah dan tidak bahagia. Pingin untung cepet. Banyak tuh penawaran yang mengaku “investasi” pasti. Bunga tetap. Bisnis dijamin untung. Eh, ternyata, modal nggak balik.

Ketiga cara yang salah itu kadang suka dilakukan oleh orang-orang. Satu aja sudah bikin tidak bahagia. Eh mereka melakukan ketiganya. Serba ruwet lah hidupnya!

Mungkin ada sebagian besar di antara mereka yang ambil jalan ruwet itu di permukaan terlihat oke-oke saja. Ada yang terlihat mapan dan kaya raya. Ada yang terlihat senyum kalau difoto.

Namun esensi bahagia dan duit adalah soal laku. Hati dan rasa. Hal yang tidak terlihat. Dan hal yang tidak bisa diperlihatkan. Kadang potret itu akan muncul pasca orangnya tidak ada.

Bahagia. Satu kata yang sungguh misteri.

Hakikatnya adalah menjaga di jalan yang lurus. Termasuk dalam perduitan. Sepakat sekali! 👍

Salatiga, 24 November 2021


Inspirasi ide “bahagia” dari tulisan apik di blognya beliau mbah Nyutz Triwibowo Budi Santoso.

“Hakikatnya hanya Allah yang tahu cara agar manusia mendapatkan kebahagiaan, yang Dia isyaratkan melalui perintah dan larangan-Nya”

“Orang beriman pada umumnya, dan Sufi pada khususnya, menempuh hidup dengan langkah sederhana: hidup berusaha menempuh jalan yang lurus hingga bisa menerima sepenuh hati apapun yang datang dari Allah dan percaya sepenuhnya kepada Kasih-SayangNya.”

Apik, kan? Silakan dibaca: “Mata Air Kerinduan”