Saya baru saja membaca sebuah kisah menarik dari buku Clandestine in Chile yang ditulis oleh Gabriel Garcia Marquez, pengarang peraih hadiah nobel sastra dari Kolumbia itu. Kisah ini sangat menarik karena kisahnya yang sangat tidak biasa, lebih-lebih, ini adalah sebuah kisah nyata.

Adalah Miguel Littín, seorang produser dan sutradara film kelahiran Chili. Dia adalah pendiri dan sekaligus kepala lembaga film nasional Chili semasa pemerintahan Salvadore Allende di tahun 1970. Setelah pemerintahan Allende digulingkan oleh aksi militer rezim Augusto Pinochet di tahun 1973, Littí­n mengungsi ke Meksiko dan melanjutkan kerjanya di pengasingan itu. Sejak saat itu, Chili tertutup bagi diri Littí­n karena dirinya termasuk orang-orang dalam daftar hitam musuh politik rezim Pinochet. Suatu ketika, di tahun 80-an ada ide nakal di benak Littín untuk memasuki Chili, tentu saja secara ilegal, dan melakukan aksi klandestin guna memproduksi sebuah film dokumenter (klandestin adalah operasi rahasia yang biasanya dilakukan oleh agen intelijen untuk melakukan berbagai operasi bawah tanah, biasanya untuk sabotase, infiltrasi dan penyadapan). Tentu saja ide ini terasa gila-gilaan, tapi karena banyak yang mendukung, serta ada dukungan dana dan jaringan pelaksananya, akhirnya Littí­n melakukannya.

Dengan menyamarkan diri sebagai agen pemasaran dari Uruguay, Littín akhirnya bisa masuk ke negerinya itu pada tahun 1986. Untuk melakukan ini, ia melakukan latihan ektra keras selama 3 bulan guna mengubah kepribadian dan karakternya. Dalam aksi ini, ia dibantu seorang agen wanita yang juga bertugas sebagai “istri samaran” Littín. Digambarkan, mereka adalah pasangan yang “hampir goyah” perkawinannya dan melakukan liburan kelilingan dunia untuk memperbaiki hubungan mereka. Ia juga dibantu oleh tiga kru film dari tiga negara berbeda yang telah datang duluan, yaitu Perancis, Belanda dan Italia. Uniknya, anggota kru tersebut bahkan tidak mengetahui bahwa Littín lah yang menyutradarai film mereka, bahkan mengendalikan mereka. Tentu saja, ketiga kru tersebut tidak saling mengenal dan hanya berpandangan bahwa mereka bertugas sebagai artis pembuat film biasa. Yang keterlaluan, untuk mengendalikan pembuatan film ini, Littí­n bahkan sering tampil dalam layar filmnya sebagai figuran dalam latar belakang dokumenternya itu, katanya ini juga untuk membuktikan bahwa dirinya benar-benar hadir di sana saat itu alias menghina pemerintahan Pinochet yang mencekal dirinya. Hanya atas pertolongan Tuhanlah, Littí­n bisa melewati semua kejadian itu dan bahkan kembali keluar dari negeri Chile setelah produksi film dua bulan lamanya. Ia sendiri bahkan ingin tertawa mengingat bisa melakukan itu semua, dengan menipu rezim Pinochet yang sangat dibencinya. Ia juga ingin terpingkal-pingkal ketika mengetahui dalam penyamarannya, teman dekatnya sendiri bahkan tidak bisa mengenalnya.

(ENSKL)