Saya merasa gejala sakit mata ini sejak 2011. Awalnya mata merah dan belekan. Ketika periksa ke dokter spesialis mata di Ciputat, katanya mungkin disebabkan oleh debu dan kotoran di mata. Saya diberi tetes mata dan obat. Beberapa bulan kemudian mata saya kembali merah. Kemudian ada gejala baru, mata terasa berat untuk fokus. Saya konsultasi ke dokter lagi, diberi obat yang sama, lalu diminta istirahat kerja mata. Kalau tak salah saya konsultasi sampai tiga kali. Tak lama, di mata terasa ada serangan cahaya terang, lalu pandangan seketika gelap. Setelah istirahat baru mata kembali normal. Juga timbul gejala "kejang", (atau tegang?, diiring tekanan di telinga dan seperti suara mendesing).  Kemudian, ketika makin parah, saya benar-benar tidak bisa memfokuskan pandangan saya. Mata kering, panas, pedih, dan kadang susah dipakai melihat. Padahal saya ada kerjaan, dan kerjaan saya mau tak mau harus menggunakan mata. Bila serangan mata terjadi saya biasa langsung tutup mata lalu tidur. Sakit mata ini kadang diperparah nyeri punggung atau leher. Saya duga mungkin ada hubungannya dengan jam kerja saya yang berlebihan di depan komputer. Hingga kemudian ada kesibukan pindah ke Jepara.

Pertengahan 2012, saat itu kami sudah pindah ke Jepara. Ternyata sakit mata saya makin menjadi. Selain gejala-gejala tadi, hampir tiap pagi, siang, sore, saya panen belekan di bawah kantung kedua mata. Banyak banget. Ini sudah terlalu parah. Saya harus periksa ke dokter lagi.

Pergilah saya ke dokter spesialis mata di salah satu rumah sakit swasta dekat rumah di Jepara. Selain diperiksa kesehatan mata standar dalam membaca, dokter sempat melihat dalamnya mata saya dengan memakai kaca pembesar. Menurut dokter itu saya agak ceroboh menjaga kebersihan mata saya. Mungkin iritasi karena debu atau kotoran. Saya memang tidak memakai pelindung mata ketika berkendaaan dengan motor. Oh iya, mata saya normal dan tidak pakai kacamata. Ketika saya tanya apa sakit mata saya ada hubungannya dengan pekerjaan saya di depan komputer? Saya bilang saya bisa duduk di depan monitor 10-15 jam sehari. Dokter itu bilang kalau komputer bisa mengakibatkan demikian tentu penggunaan komputer akan dilarang. Saya kemudian diberi obat tetes mata, serta (mungkin) anti biotik.

Waktu berjalan terus hingga tak terasa beberapa bulan berjalan. Sudah habis obat tetes mata yang diresepkan dokter itu. Namun sakit mata saya tidak sembuh pula. Saya agak frustrasi. Analisa dokter mata di Jepara ini kurang pas. Saya punya rencana untuk perika ke klinik spesialis mata di Semarang. Perjalanan Jepara-Semarang 2,5 jam, pergi pulang 5 jam hanya di jalan. Jadi harus diatur waktu khusus. Hingga kemudian ada kejadian mata anak saya kemasukan sesuatu dan kami tak bisa mengeluarkannnya dengan cara direndam air steril. Waduh. Pergilah kami ke Semarang dengan tujuan untuk periksa ganda, saya dan anak saya.

Benda di mata anak saya akhirnya bisa dikeluarkan secara aman. Kemudian ketahuan ternyata dia harus pakai kaca mata bila melakukan kegiatan seperti membaca atau main komputer.

Dan kemudian giliran saya diperiksa. Sebelumnya mata saya diuji dengan berbagai alat periksa, ditiup hembusan angin dan dipantau, dilihat responnya, dst. Lalu masuklah saya ke ruang konsultasi dokter. Dokternya muda, seorang keturunan Cina, kita sebut saja Dokter H. Belakangan kami tahu dia masih saudara dengan pemilik rumah yang kami sewa. Dokter H ternyata enak diajak diskusi.

Sepertinya dokter itu langsung bisa menduga apa sebab sakit mata saya ini. Dengan tersenyum ia langsung membeberkan gejala-gejala sindrom mata ini. Saya mengangguk dan mengiyakan seluruh perkataannya, karena memang benar. Kemudian dia menyebut penyakit mata saya ini.

"Bapak terkena yang dinamakan Computer Vision Syndrome," demikian kata dia. "Sebabnya karena terlalu lama bekerja di depan komputer."

Lalu kami ngobrol apa pekerjaan saya. Setelah saya cerita, dia mengiyakan ini berhubungan dengan kebiasaan saya dalam bekerja.

Dokter H bilang, "Bapak, saya bisa kasih obat, bapak bisa datang ke sini dan menghabiskan biaya yang mahal. Tapi saya tak melakukannya. Ada cara yang murah dan mudah. Tapi perlu kesabaran dan kesungguhan bapak untuk sembuh."

"Oh begitu, dok. Bagaimana caranya?" tanya saya.

"Bapak cukup melakukan terapi 20-20. Ya, 20 menit bekerja. 20 detik istirahat. Ketika istirahat mata bisa buat terpejam atau melihat pandangan jauh, alih-alih jarak pendek ketika bekerja. Ini harus dilakukan terus menerus sepanjang bapak bekerja" lanjut dokter H. "Bapak harus disiplin melakukan ini agar kesehatan mata bapak terjaga. Sesungguhnya CVS ini terjadi karena jarangnya mata berkedip, sehingga pelumas mata berkurang. Akibatnya, ketika ini terjadi tahunan, mata bapak yang kena."

Dokter H menjelaskan ketika kita di depan komputer, mata kita akan membuka lebar, dan memang, akan jarang berkedip. Dengan menjaga rasio bekerja 20 menit dan istirahat 20 detik, mata kita akan terjaga pelumasnya sehingga dampak CVS berkurang. Dokter juga memberi resep obat tetes mata yang berfungsi sebagai pelumas cairan mata, tanpa kandungan lain-lain semacam pengawet atau obat lain.

Pengobatan

Lalu apa mudah menjaga disiplin untuk bekerja 20 menit dan 20 detik istirahat? Ternyata tidak mudah. Awalnya belekan sudah berkurang. Saya memasang beberapa piranti lunak untuk membantu mengingatkan saya ketika waktunya berhenti bekerja. Tapi kemudian kadang kesibukan memaksa saya memandang layar lebih lama lagi.

Tapi.. setahun kemudian... saya belekan parah lagi.

Inilah yang membuat saya bertekad untuk sungguh-sungguh melaksanakan terapi ini. Saya lalu mencari piranti lunak lainnya agar proses pengingat jadi nyaman dan mudah. Piranti lunak ini saya pasang di laptop dan ponsel pintar. Intinya adalah timer 20 detik, lalu program mencegah layar, setelah beberapa detik komputer bisa dipakai lagi.

timer-cvs

Hasilnya, mata saya bisa bekerja dengan nyaman kembali hingga saat menulis ini. Tapi, meski demikian, tak ada salah mengistirahatkan mata lebih sering agar kesehatan mata lebih terjaga. Semoga sharing ini berguna bagi Anda yang mungkin kena gejala sakit mata seperti saya.