Saya pernah nonton dua film yang berkisah tentang orang gila. Yang pertama, Patch Adams, dibintangi oleh aktor kawakan Robin Williams. Yang kedua, baru saja saya tonton tadi malam berjudul One Flew Over the Cuckoo’s Nest, film ini pernah memenangi 5 piala Oscar 1975 dan juga sebagai Best Screen, dan salah satu alasan saya tonton adalah karena dibintangi oleh Jack Nicholson yang saat itu masih muda dan keren. Saya benar-benar tidak menyangka Jack mudanya seganteng itu. Maka jangan terlalu sombong bagi yang mudanya keren, tua-tua bisa lucu kayak Jack gitu lo! (Ssst, tuanya Jack masih tetap keren juga sih)
Kembali ke film tentang orang gila. Patch Adams, bercerita tentang seseorang yang baru masuk ke rumah sakit jiwa. Di sana ia menjumpai berbagai macam orang gila, dari yang paling parah hingga yang benar-benar udah melayang ke dunia lain. Tentu saja, kali pertama masuk ia frustasi. Ia masuk ke rumah sakit jiwa karena dua kali hampir bunuh diri. Di sanalah, ia bertemu dengan seorang mantan konglomerat yang dianggap gila karena pikirannya suka tidak nyambung dengan dunia nyata. Hingga suatu ketika, Patch ngobrol berdua dengan dia, dan terkejutlah ia. Ternyata orang tersebut tidak benar-benar gila, tapi memeng sangat cerdas. Hingga karena kecerdasannya itulah, ia dianggap orang lain tidak waras.
Film kedua, kali ini berbeda. Si Jack memang berperan jadi seorang gila yang baru masuk rumah sakit jiwa bernama MacMurphy. Parahnya, sudah gila, ia pemerkosa pula. Katanya sih, si gadis itu ngakunya sudah berumur 18 tahun, jadi cukup umur, padahal aslinya 15 tahun. Nah, Mac gila di sini bertemu dengan berbagai orang yang mengalami depresi berat alias gila beneran. Bedanya, orang-orang gila di situ masuk ke rumah sakit atas kemauan sendiri. Di sinilah herannya Mac. Dan setelah berkenalan lebih “dalam”, ternyata ia menyadari bahwa orang-orang tersebut tidaklah parah gilanya. Bahkan mereka juga tidak gila sebenarnya.
Bingung? Jangan jadi gila kalau memang Anda bingung? Satu kesamaan yang ditampilkan dua film tadi adalah adanya pandangan umum yang sangat tidak manusiawi terhadap orang yang dianggap gila. Atau, kalau mau digali lebih dalam lagi, orang-orang radikal tersebut (anggap saja demikian) hanya menganggap dirinya sendiri yang waras, padahal sesungguhnya banyak di antara orang yang dianggap gila itu berpikiran jauh lebih waras. Si Patch yang berpikiran bahwa menjadi dokter itu bukan sebagai bosnya orang sakit, tetapi sebagai abdi yang harus memberi kebahagiaan mereka agar sembuh, malah dianggap gila karena melawan arus. Si Mac yang memprotes perlakuan perawat rumah sakit jiwa itu karena memperlakukan pasiennya sebagai robot-robot yang tidak bisa berpikir, akhirnya benar-benar jadi gila karena harus menerima obat setruman listrik di otaknya karena dianggap brutal.
Sebenarnya ada banyak film lain yang membahas kegilaan manusia-manusia yang mempunyai kemampuan lebih, di antaranya: Dead Poet’s Society yang juga dibintangi oleh Robin Williams, Beautiful Mind-nya Russel Crowe, dan tak lupa sedikit gilanya Matt Damon dalam Good Will Hunting (eh Robin juga main di film ini, jadi psikiater kontroversial). Oh hampir lupa, ada juga kegilaannya nafsu menghibur Robin Williams lagi dalam Good Morning Vietnam. Di sini ia jadi penyiar radio yang ditugaskan ke Vietnam. Waduh, ada lagi dari Robin Williams, The Birdcage (jadi orang gay), Mrs. Doubtfire (ayah yang jadi ibu), dan juga yang baru One Hour Photo (tukang cuci cetak foto yang hapal pelanggannya dari fotonya). Tapi memang, bintang favorit saya ini termasuk jenis orang yang “agak gila”.
Kalau dipikir-pikir, ternyata saya sering banget kalau dikatakan gila. Bagaimana dengan Anda?