Manusia itu unik. Melihat sebuah hal yang sama, cara mereka berpikir bisa berbeda.

Anggaplah melihat gambar jalan ini. Ada yang berpikir orang ini mau ke depan. Ada yang berpikir orang ini sebenarnya mau ke belakang, mundur 😀

Taruhlah kita bicara wabah.

Ada yang membicarakan wabah jadi berpikir negatif, ketakutan, malah tidak tenang. Ada yang membicarakan wabah jadi hal biasa, waspada, tetap tenang.

Itu satu hal, soal sikap pikir. Di sisi lain, bagaimana bersikap terhadap wabah, itu hal lain. Ada yang menentangnya dari semula, tidak usah bermasker, prokes merepotkan, dst-dst. Orang lain menyikappinya hati-hati, alasannya demi kebaikan bersama.

Mau berpikir ketakutan atau tetap positif dan waspada; juga berpikir tidak percaya dan percaya; faktanya: banyak orang terkena penyakit aneh tidak bisa mencium bau; banyak orang sekitar Anda dan saya meninggal tiap hari.

Faktanya wabah ini ada. Lalu bagaimana sebagai masyarakat kita bisa hidup aman, bekerja, beraktivitas, bersahabat dengan wabah ini?

Dalam dunia pasar modal juga begitu.

Ada yang berpikir pasar efisien, gak ada yang bisa untung di pasar modal. Di sisi lain, ada yang tahu beberapa perusahaan dihargai terlalu murah atau terlalu mahal dibanding normalnya orang membeli usaha. Ya begitulah.

Di pasar modal ada yang stres kalau harga saham miliknya jatuh -20%. Ada orang yang tidak stres sama sekali saham perusahannya jatuh bangun. Apa orang-orang seperti Antoni Salim dan Chairul Tanjung itu pusing melihat pergerakan saham mereka tiap hari? Saya kira tidak. Kalau sampai pusing ya nggak ada gunanya mereka sampai mendaftarkan sahamnya di bursa.

Begitu pula dalam banyak hal lainnya, agama, pendidikan, filsafat ini itu, dst. Bahkan soal sepele, seperti sarapan apa?

Ada yang memandang agama sebagai kemunduran, ada yang bisa memandang agama sebagai kemajuan.

Semua sepakat pendidikan adalah upaya penting memajukan manusia. Tapi bagaimana pendidikan itu dicapai? Itu bisa jadi perdebatan melibatkan miliaran dan upaya triliunan dana. Ada yang berpikir pendidikan adalah soal distribusi materi. Ada yang berpikir distribusi infrastruktur. Ada yang berpikir soal manusianya. Nggak selesai perbincangan, kan?

Ah bicara hal kecil aja deh. Dalam satu rumah saja mungkin ada dua sudut pandang yang berbeda-beda.

Perbincangan pagi ini mau sarapan apa saja di sebuah meja makan antara suami-dan-istri bisa ribet. Si suami pingin makan apa saja yang ada, gak usah repot. Si istri pingin men-servis suaminya, pingin bikin apa aku bikinin? Akhirnya, beli bubur ayam di luar hehe…

Gimana kalau macam suami/istri yang berbeda? Perbincangan bisa berbeda lagi.

Selalu ada dua—bahkan hingga beberapa sudut pandang yang berbeda untuk hal yang sama.

Ndak usah nggumunan dan kaku….

Sembuh-sembuh ya semua yang sakit….

Sehat bahagia beraktivitas seperti biasa, meski dalam keterbatasan.

Salatiga, 28 Juli 2021

Status orang belum sarapan

NB: Makasih doanya semua teman-teman. Alhamdulillah adik di Malang sembuh. Adik di Jombang skrg kena anosmia. Bersyukur sudah tidak flu. Alhamdulilah ortu-mertua sehat semua. Bersyukur aja terus ya gaes.