Saya sudah nonton semua video di mini seri “Money: Explained” di Netflix. Kalau ada akses Netflix, tontonlah. Lumayan menyegarkan kembali beberapa tema keuangan seperti: perasaan ingin cepat kaya, kartu kredit, pinjaman pelajar, perjudian, dan pensiun.
Salah satu tema menarik bagi saya adalah soal perasaan ingin cepat sugih/kaya. Penipuan mengeksploitasi perasaan seperti itu masih terus terjadi. Polanya berganti. Korban ada lagi. Bahkan ada jenis orang yang terus mengalami, berulang kali.
Menurut salah satu peneliti, mereka yang tertipu penipuan dan permainan uang datang dari bermacam latar belakang berpendidikan tinggi/rendah, kaya/miskin, atau berpikiran terbuka/tertutup. Semua bisa kena. Apa yang menyebabkan orang bisa tertipu mudah? Entahlah.
Apa perasaan takut ketinggalan (fear of missing out atau dikenal FOMO)? Apa perasaan dasar ingin cepat kaya itu sendiri?
Peneliti itu bilang pola manusianya yang tidak bisa dipelajari. Tidak ada trik agar tidak bisa tertipu.
Di dunia keuangan sekarang, beragam penipuan seperti itu muncul silih berganti, dengan mengatasnamakan berbagai aset: emas, pohon apa, pasar aset modern, dll. Dari berbagai perusahaan lokal dan internasional. Ada yang melibatkan tokoh politik dan agama. Semuanya menurut saya memancing perasaan “ingin kaya mendadak”. Ada beberapa orang yang saya tahu pernah rugi banyak dari hal-hal seperti itu. Bahkan skema “emas” yang konon dianggap aman, tapi caranya dianggap sebagai tanaman agar bisa cepat kaya, maka bisa rugi besar pula.
Menariknya, Stephen Greenspan, penulis buku “Annals of Gullibility” yang berusaha mewanti-wanti pembacanya untuk menghindari penipuan, ternyata juga terjebak skema ponzinya Bernie Madoff yang kasusnya terkenal itu. Pak Greenspan secara bercanda mengatakan, “Sekarang saya terkenal sebagai orang yang tidak membaca bukunya sendiri.”
Salatiga, 23 Mei 2021