“Selamat pagi pak!” sapa wanita di kejauhan itu melalui ponsel saya.

“Ya pagi,” jawab saya.

“Bisa dengan ibu Yani pak?,” tanya wanita itu. Rupanya ia menanyakan istri saya. Darimana dia tahu ini nomer telpon saya ya?

“Dia di rumah bu. Ini suaminya, ada apa?” jawab saya, agak sinis. Cukup penasaran sih.

“Begini pak, saya dari Susu S-** ***d. Istri Bapak baru melahirkan di rumah sakit kan pak dan anak Bapak minum susu formula S***. Siapa nama anaknya pak?”

Apa pula ini, ada perlu apa dia bertanya nama anak saya. Tapi karena saya pikir cukup aman, saya jawab, “Ya benar… emmm. Namanya Sofi, ada apa bu?”

“Usianya sekarang 1 bulan lebih ya pak. Apa sekarang masih minum S*** atau ASI penuh?”

“ASI penuh! Kenapa bu?” jawab saya.

“Begini, kami mengadakan seminar pak, barangkali bisa datang di Hotel XXX. Tapi tampaknya dik Sofi belum bisa diajak keluar ya pak. Itu saja pak, terima kasih”

“Ya..”

Klik, telepon telah ditutup. Dia belum menjelaskan tema seminar itu. Kenapa pula dia nelpon saya. Saya pun lupa menanyakan darimana ia dapat informasi nomer telepon saya.

Tapi saya tahu, wanita itu dapat nomer ponsel saya tentu dari Rumah Sakit Bersalin tempat anak saya dilahirkan. Rumah sakit tersebut tidak meminta saya apa boleh membagikan nomer saya ke pihak lain!

Hati-hati buat para orang tua yang akan melahirkan anaknya.

Ketika anak saya baru lahir, kebetulan air susu ibunya belum bisa memencar keluar, maka kata suster dan pengasuh anak di rumah sakit, anak saya diberikan ASI. Padahal, kata teman saya yang seorang bidan, anak bayi baru lahir bisa bertahan hidup selama 3-5 hari tanpa ASI. Mungkin bisa diberi air hangat sesendok bila ia haus.

Saya tahu, saya ingin anak saya mendapatkan ASI-nya dari sang mama secara penuh. Tanpa susu formula sedikit pun. Saya tahu, ASI adalah makanan paling bagus dan sehat buat anak saya.

Saya pernah mendengar fenomena gempuran produsen susu formula ke rumah sakit, tapi saya tidak pernah membayangkan hingga sejauh ini.

Karena ASI belum keluar, maka anak Anda diberi susu formula. Sederhana? Mungkin tidak, saya tidak tahu ternyata alasan keterpaksaan itu direkayasa.

Anak saya diberi susu formula merk S*** tersebut, karena katanya itu yang cocok. Saya tahu, kadang-kadang anak tidak cocok dengan merk susu formula tertentu, bahkan muntah dan mencret. Tiga hari setelah persalinan, karena ASI ibunya belum lancar, kami masih beli susu formula dengan merk sama. Baru di hari kelima, ketika ASI sudah keluar lancar, susu formula dihentikan. Syukur anak saya tidak rewel, atau tidak menolak ASI ibunya. Hingga sekarang.

Bagaimana kalau anak saya menolak?

Saya membayangkan, bagaimana dengan nasib ibu-bapak lain yang anaknya lahir di rumah sakit itu. Mereka mungkin bisa menerima keterpaksaan bahwa anaknya hanya mau susu formula, bahkan mungkin karena ASI ibunya tak lancar, tapi siapa ingin merk susu formula yang mahal itu. Satu kaleng Rp60.000,-. Mungkin ada yang ingin merk-merk lain yang murah.

Siapa bisa membayangkan orangtua dengan gaji 600.000/bulan, menerima kenyataan harus menghabiskan gaji bulanannya hanya untuk susu sang anak!

Begitu nistakah bisnis susu-formula dan kenyataan bahwa rumah sakit bersalin menjual data pasien untuk kepentingan pemasaran, marketing, dan riset perusahaan mereka? Sementara nasib pasien, masa depan anak dikorbankan?

Praktek produsen susu formula seperti ini memang membahayakan! Dengan praktek nista dan tidak beretika seperti ini, selain edukasi yang tidak tepat akan manfaat susu formula, mereka juga memanipulasi rumah sakit untuk membodohi rakyat Indonesia! Rumah sakit seharusnya tidak mengijinkan praktek semacam ini.

Saya tidak membayangkan, berapa rumah sakit mempraktekkan hal tanpa etika seperti ini. Selain membagi nomer pasian tanpa ijin, juga memberikan susu formula pesanan sponsor seperti ini. Dua hal ini, bila di negara maju tentu bisa dituntut secara hukum dan produsennya dapat didenda besar.

Mari kita umumkan penolakan terhadap susu formula! Susu yang membodohi rakyat Indonesia!

NB: Barangkali ada yang punya pengalaman, silakan dishare. Saya bersedia menuliskan hal ini lebih panjang untuk dijadikan artikel, bila layak. Saya kira, kita harus menghentikan sindikat pembodohan masyarakat Indonesia melalui susu formula.

Update

Informasi situs lain terkait dengan Susu Formula bagi bayi: