Tidak kurang tidak lebih. Berita adanya potensi gempa di daerah dekat kampung saya, tepatnya di Kecamatan Ploso, Kab. Jombang, Jawa Timur, menyebabkan kepanikan. Bahkan, Sabtu malam lalu, puluhan warga di berbagai desa, termasuk orang tua saya, begadang hingga pagi dan juga tidur di luar rumah. Juga tidur di jalan-jalan.
Semua seperti berpikir, inilah negeri bencana. Hampir tiada henti bencana. Yang kita bisa cuma berdoa. Tapi semua orang pasti takut, khawatir, dan itu wajar.
Upaya preventif memang bagus, tapi mengabarkan hasil temuan ilmiah yang tidak ada nilai kritis/daruratnya, dan juga belum tuntas penyelidikannya, justru menimbulkan kepanikan. Sudah begitu digembar-gemborkan media nasional pula.
Kalau sudah seperti ini bagaimana? Kabar adanya bencana bukan menjadi kabar pengingat tapi justru menjadi bencana itu sendiri.
Sumber Jawa Pos, Minggu, 23 Juli 2006
Diberitakan oleh Jawa Pos, atau dalam hal ini Radar Mojokerto, bahwa terdapat sesar atau patahan kerak bumi di Ploso yang dicurigai mempunyai potensi menimbulkan gempa bumi. Analisis ini disampaikan oleh Ariska Rudyanto, staf Kantor Stasiun Geofisika Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Tretes Pasuruan.
Di sekitar lokasi sesar Ploso terakhir kali terjadi gempa pada tahun 1836. Dari catatan sejarah, pada tahun tersebut intensitas gempa yang terjadi mencapai ukuran skala 8 Modified Mercalli Intensity (MMI). Tidak ada catatan sejarah terkait lokasi pusat gempa dan efek gempa tersebut. Sebagai perbandingan, gempa berskala 5,9 skala richter yang berpusat di dasar laut di Samudera Hindia, selatan Kota Bantul Jogjakarta pada 27 Mei 2006 lalu. Jarak pusat gempa dengan Kota Bantul sekitar 37 km. Rudyanto menjelaskan, keberadaan sesar Ploso diperkuat dengan temuan alur Sungai Brantas yang berkelok tajam di sekitar Ploso. Dia tidak dapat memastikan persentase peluang terjadinya gempa di sesar Ploso. “Kita masih belum mengetahui dinamika di bawah bumi, terutama di sesar ploso. Hal ini karena, minimnya data dan dana yang ada di BMG,” tutur Rudyanto.
Untuk memastikan potensi terjadinya gempa, tambah Rudyanto, butuh studi lanjutan yang lebih intensif.
Sumber Jawa Pos, Senin, 24 Juli 2006
Warga Tidur di Luar Rumah
Menyusul Isu Bakal Terjadi Gempa
PLOSO - Berita yang menyebutkan Ploso berpotensi terjadi gempa
benar-benar membuat warga khawatir. Sabtu (22/7) malam, warga di
sejumlah desa wilayah di utara Sungai Brantas itu dilaporkan sudah
banyak yang tidur di luar rumah.
Sesuai informasi yang diterima Radar Mojokerto, ekspresi kekhawatiran warga seperti itu setidaknya terjadi di Desa Rejoagung, Ploso, dan Kedungdowo. Banyak warga di tiga desa itu yang Sabtu malam hingga Minggu pagi terlihat yang tidur di luar rumah. Sebagian besar dari mereka memilih tidur di halaman rumah yang terbuka. Di samping itu, ada juga sebagian dari mereka yang memilih tidur di jalan. Warga melakukan itu setelah mendengar kabar bahwa di Ploso akan ada gempa. Lebih-lebih disebutkan pula gempa akan terjadi Sabtu tengah malam. “Saya melihat sendiri banyak warga malam itu (Sabtu) yang tidur di halaman dan di jalan-jalan,” terang Munir Alfanani, anggota DPRD Jombang dari Ploso.
Sumber Jawa Pos, Selasa, 25 Juli 2006
Hasilnya Baru Minggu Depan
Potensi Gempa di Sesar Ploso
JOMBANG - Keresahan warga Jombang terkait potensi gempa yang dipicu keberadaan patahan kerak bumi atau Sesar Ploso mulai direspons petinggi pemkab. Menurut Bupati Suyanto, sejak media massa menurunkan analisis Ariska Rudyanto, staf Kantor Stasiun Geofisika BMG Tretes Pasuruan pada Minggu (23/7) kemarin, dirinya langsung memerintahkan sejumlah staf untuk berkoordinasi dengan BMG. Hasilnya? Sejumlah staf BMG menjanjikan akan menyampaikan penjelasan kepada masyarakat Jombang terkait keberadaan Sesar Ploso pada 3 Agustus 2006 mendatang. “Saya masih mengupayakan agar penjelasan dari BMG bisa dipercepat. Ini sangat penting,” kata Bupati Suyanto yang ditemui usai Rapat Paripurna di Gedung DPRD, kemarin.
Dalam pertemuan tersebut, Bupati Suyanto meminta staf BMG untuk menyampaikan paparan terkait tanda-tanda munculnya gempa serta langkah-langkah pengamanan jika terjadi gempa. Alasannya, hanya BMG-lah yang memiliki kompetensi untuk memberikan pengetahuan tentang geologi semacam itu.