Kisah ini dimulai ketika saya baru lulus Sekolah Dasar. Usia saya baru 12 tahun. Kala itu saya mendapat hadiah istimewa dari ayah, oleh-oleh dari haji, yaitu sebuah jam tangan digital merek Casio jenis Databank Telememo 30.
Tanpa pikir panjang, saya segera membuka bungkus jam tersebut, membongkar isinya, dan segera mencobanya. Kalau saya sudah bisa berbahasa Inggris, saya tentu akan bilang “Cool” ketika mencobanya. Jam tersebut model tua, yaitu bertali logam, namun karena warnanya putih (saya tidak suka warna emas), saya tetap menyukainya.
Karena ini jam tangan model baru. Saya tidak berani macam-macam sebelum benar-benar tahu apa gunanya. Tuhan memang adil, untungnya dia menciptakan manusia berakal, dari akalnya tersebut saya percaya mereka pasti menciptakan sesuatu untuk jam tangan ajaib ini. Dan benar, saya menemukan buku petunjuk kecil itu. Buku ini ternyata ajaib juga. Dalam buku kecil tersebut, terisi petunjuk dalam tujuh bahasa. Tujuh! Ada bahasa Inggris, Arab, China, Perancis, Spanyol, Portugis, dan tak lupa Indonesia. Hebat juga saya pikir. Dari buku tersebut saya tahu beberapa hal hebat tentang jam tangan pertama saya itu: 1) Dapat diganti bahasanya dengan tujuh bahasa tadi; 2) Dapat dual-time, maksudnya selain sebagai jam waktu Indonesia, ia bisa menyebut langsung jam daerah Spanyol, misalnya; 3) Ada data bank 30 nama, cuma 30 tapi hebat banget saat itu; 4) Bisa stopwatch; 5) Bisa timer hitung mundur, ini klop dengan kegilaan saya pada serial McGyver saat itu; 6) Tahan air hingga 50 meter (catatan: pertama mencoba nyelup jam ini ke air agak takut, tapi nekat saja, dan seperti tahu surga, saya begitu gembira jam tersebut tidak mati); 7) Ada lima alarm yang bisa saya atur untuk lima waktu salat; 7) Ada lampu pendar yang tinggal ditekan kalau malam hari. Selain itu, ada satu kata ajaib yang berbunyi, “JAM TANGAN INI TIDAK AKAN RUSAK HANYA KARENA SALAH PENGOPERASIAN.” Beruntunglah wahai para pembaca manual! Saya berhutang besar pada pembuat jam dan tukang ketik manual itu!
Kata ajaib itulah yang membangun kepercayaan saya selanjutnya kepada teknologi, yaitu kepercayaan untuk tidak takut mengutak-utik teknologi, kepercayaan yang makin membangun obsesi saya tentang teknologi. Periode yang saya kenang sebagai kisah-kasih bersama teknologi terjadi saat sekolah di STM Telkom Malang. Ini adalah sekolah pertama yang mengusung Teknik Informatika di Indonesia, hal ajaib pada era 1994-1997. Pada tahun pertama, saya belajar hal-hal membosankan seperti pada umumnya sekolah menengah. Namun ada satu pelajaran ajaib bernama Teknik Digital. Kita belajar tentang arus lemah. Teori bit. Teori mikroprosessor. Sirkuit Terintegrasi. Macam-macam barang aneh yang sangat dibenci para cewek. Saya ingat beberapa teman cewek, semua tiga belas orang, tapi yang tertarik pada hal ini bisa dihitung pakai dua jari saja (bayangkan tokoh Detektif Conan yang mengajak Ran berdamai dengan jari membentuk huruv “V” atau diartikan “piss”, salah satu cewek itu termasuk editor di web kita tercinta ini)
Selain teori, saya sangat senang karena ada praktek dan alat untuk menguji hal itu. Saya dapat membuktikan logika AND, OR, XOR, dst melalui rangkaian sederhana dengan lampu. Ini adalah logika-logika dasar pada arus lemah dan pemrograman yang membentuk dunia digital kita, semua hal yang menggerakkan alat-alat elektronik. Hingga kemudian beranjak pada logika penghitung, dan saya baru sadar, saya hampir menciptakan kalkulator!
Dari hampir menemukan kalkulator, saya mulai bisa menghitung kisah saya kemudian, hingga kemudian saya lulus, saya dipaksa nasib merantau ke Jakarta, hingga kemudian saya bercinta dengan internet dan darinya saya mengenal sebuah majalah bernama WIRED. Ini adalah surganya para maniak teknologi yang suka dicemooh dengan panggilan “internet-geek”.
Di majalah ini, kita bisa mengenal konsep teknologi baru, alat-alat baru, komputer baru, software baru, orang-orang dibalik berbagai teknologi, sosok-sosok nyeleneh, orang-orang kalah karena teknologi, dst. Pokoknya, kalau tidak Wired, Anda bisa Tired, atau Expired (tiga kata ini adalah jargon terkenal di majalah itu). Sekitar 1997, saya hanya tahu WIRED dari webnya. Awal 2004, saya beruntung mendapat WIRED edisi bekas di toko Newstand di Pasar Festival, Kuningan.
Ternyata majalahnya memang lebih bagus dari yang saya bayangkan. Desain majalah ini unik, ini satu hal yang menarik bagi saya. Warnanya ngejreng namun enak dilihat, harmonis. Ada merah jingga, kuning yang menyilaukan, hijau lemon yang sangat cerah, biru awan, dst. Selain itu, saya juga kagum dengan editorial majalah ini. Ada empat rubrik utama: Rants & Rave, berisi tanggapan pembaca tentang edisi sebelumnya; START, yang membahas teknologi, bisnis, dan orang-orang teknologi; PLAY, yang membahas tentang budaya, alat-alat baru, dan obsesi teknologi; dan VIEW, yang berisi pendapat, opini, esai tentang teknologi. Selain itu juga ada liputan khas, dalam edisi terbaru misalnya tentang Rocket Man, kisah bisnis wisata ke angkasa luar!
Rubriknya sangat khas. Bahasanya renyah, segar, dan agak-agak satir dan lucu. Ada ilustrasi yang klop dan tuntas. Dari sisi editorial, kalau saya boleh berkomentar dengan aroma jurnalisme, WIRED ketat pada iklan dan isinya, konteks pemberitaan seimbang dan kritis, termasuk pada grup penerbitnya. Pada titik setelah mengenal WIRED inilah, saya bisa berpikir, “Saya cinta teknologi!”
Saya punya obsesi yang besar akan teknologi. Saya begitu mencintainya. Saya begitu memujanya. Sejak mengenal Casio Telememo 30 itu, obsesi saya akan keajaiban alat-alat teknologi makin bertambah, bahkan setelah jam tersebut diakuisi oleh ayah saya karena modelnya yang memang tepat bagi beliau. Lebih-lebih setelah beliau tahu begitu banyak fungsi jam tangan tersebut :)
Kini, tulisan ini hampir selesai. Namun saya punya satu hal penting bagi Anda. Sering saya melihat teman-teman saya, baik di kantor, teman sekelas, atau rekan-rekan lain, mereka begitu takut akan teknologi. Anggap saja contoh ini, mereka punya handphone yang lebih mahal (dan canggih) daripada N-Gage milik saya, namun mereka kurang tahu kegunaan dan manfaat barang tersebut bagi kehidupan mereka. Ya, memang tidak semua orang harus seperti maniak teknologi, tetapi penting mengingat untuk TIDAK TAKUT TEKNOLOGI! Barang-barang tersebut diciptakan manusia, maka jangan takut rusak, karena pasti ada manusia yang bisa memperbaikinya. Dan, ingat tulisan di manual jam tangan yang saya sebut di atas tadi, Anda pasti akan bisa berpikir lain setelah ini. Selamat mengeksploitasi teknologi!
(ENSKL)