Mengapa semakin banyak situs yang melarang penggunaan klik kanan?

Klik kanan adalah penggunaan tombol sebelah kanan dari mouse komputer (IBM PC kompatibel, bukan komputer Macintosh yang bertombol tunggal). Saya rasa makin banyak situs, terutama situs informasi, yang melarang penggunanya memanfaatkan tombol ini, yaitu untuk mengakses informasi seperti: copy-paste (menyalin teks), dan beberapa fasilitas lain melalui klik kanan.

Klik kanan dilarang di 21cineplex.comBagi yang tidak biasa menyalin teks, hal ini mungkin tidak masalah. Tapi, bagi yang suka menginformasikan teman-temannya dengan isi situs menarik, problem pelarangan klik kanan pasti bikin jengkel. Tanyalah pada sobat Anda, kenapa mereka tidak pernah melempar (forward) berita detikcom lagi? Jawaban pasti: klik kanan sudah tidak bisa dipakai lagi di detikcom (halaman depan masih boleh, tapi halaman berita dilarang). Begitu pula situs 21cineplex.com (lihat gambar). Padahal saya berencana memberi sobat saya info tentang film baru bintang cantik Cornelia Agatha. Sayang mereka melarangnya.

Kenapa klik kanan dilarang?

Sebagai sesama pembuat situs, saya menduga alasan pelarangan itu adalah untuk melindungi aset yang dimiliki situs. Ya, aset berita terbaru yang dimiliki detikcom memang penting. Untuk mengisi berita di situs mereka yang diganti tiap waktu, mereka harus merekrut puluhan wartawan lapangan, sejumlah editor yang bertugas di kantor, dan juga beberapa teknisi. Ratusan juta dana dibutuhkan untuk menghidupi karyawan itu agar situs mereka terus hidup. Jadi, mereka punya hak untuk menghalangi akses informasi itu?

Begitu pula 21cineplex.com, mereka punya informasi yang diminati oleh banyak orang. Lebih-lebih bagi yang suka nonton seperti saya. Tentu saja mereka juga perlu dana jutaan dan ratusan juta untuk membuat dan mengelola situs itu. Apakah mereka juga punya hak untuk menghalangi informasi itu?

Untuk menjawabnya, saya hanya ingin bertanya balik, apakah penghalangan informasi terhadap pemakai itu memang pantas diberikan?

Saya punya jawaban: TIDAK SELAYAKNYA. Menurut saya, menghalangi pemakai untuk mengakses informasi akan merugikan pihak penerbit sendiri. Dengan menghalangi akses informasi ini, mereka dilarang untuk menyalin teks ke email, melempar tulisan menarik ke sebuah forum, mempublikasikan kembali di situs komunitas, dan pemakaian informasi lainnya.

Apakah aktivitas pemakaian informasi tadi bermanfaat bagi penerbit? Tentu saja. Saya ingat ketika periode awal detikcom berdiri, saat itu gema reformasi sedang hangat, berita politik berputar dan berpindah cepat dari orang ke orang lain. Ada satu sumber yang sering dikutip oleh mereka, yaitu detikcom. Bayangkan seandainya saat itu detikcom melarang klik kanan seperti sekarang. Tidak mungkin orang sukarela menginformasikan berita detikcom ke temannya, kalau semua dilarang. Semua orang tahu ada sumber berita cepat, yaitu detikcom. Semakin banyak orang berkunjung ke sumber berita, yaitu detikcom. Dan semakin banyak berita berpindah tangan, dari satu sumber yang mengalahkan berbagai sumber berita mapan lainnya, siapa lagi kalau bukan detikcom.

Bebasnya akses informasi berguna untuk membangun basis pengguna dan basis komunitas bagi penerbit situs. Kalau akses dasar terhadap informasi seperti ini dihalangi, sebenarnya yang dirugikan adalah penerbit itu sendiri.

Siapa yang menyalahkan lebih banyak orang tidak memforward email dari detikcom? (Saya ragu apakah detikcom pernah mengadakan survei remeh seperti ini). Apalagi detikcom tidak menyediakan menu kirim berita! Lebih parah lagi!!!

Menurut saya, biarpun sudah disediakan fasilitas kirim berita, akses klik kanan tetap harus diperbolehkan. Sebabnya, untuk mengirim berita, pengguna perlu beberapa tahap lagi: 1) mencari menu kirim berita; 2) masuk ke halaman kirim beirta (biasanya pop-up atau halaman baru), yang tentu saja menghabiskan beberapa detik lagi untuk memanggil halaman; 3) Lalu harus mengisi nama, email pengirim, dan email tujuan. Ada tiga proses yang harus dilalui, belum lagi kalau ada isian yang salah, mereka harus mengulang. Berapa proses untuk mengirim lewat email? Hanya klik kanan, copy, lali salin di email dan kirim. Mereka tidak perlu mencari e-mail temannya, karena semua ada di address book aplikasi pengirim email.

Kalau ada yang bilang, bukankah larang klik kanan bisa diakali?

Ya, kita bisa dengan mudah mengakali klik kanan agar kita dapat copy-paste lagi. Pelarangan klik kanan dibuat dengan memanfaatkan teknologi JavaScript yang bisa memerintahkan browser untuk menghalangi akses itu. Maka, bila kita memblok JavaScript, klik kanan pun bisa bekerja dengan normal. Bagaimana caranya?

Untuk Mozilla Firefox, silakan masuk menu: Tools - Options - kemudian pilih tab Web Features (di kiri, tengah), dan tanda Enable Javascript silakan dihapus, setelah itu klik Ok. Maka Anda bisa bebas mengcopy paste situs detikcom lagi.

Untuk Internet Explorer langkahnya agak rumit, silakan masuk menu Tools - Internet Options - lalu pilih tab Security. Kemudian klik tombol Custom Level pada pilihan sub Internet. Di sana ada banyak pilihan lagi, silakan gulung hingga masuk ke sub informasi Scripting (sub kedua paling bawah). Di sana ada pilihan Active Scripting, silakan pilih pada Disabled.

Nah, kalau orang bisa bebas mengubah aturan browser, bukannya informasi itu bebas? Ya, bebas tapi dibatasi. Artinya, masih lebih banyak orang yang tidak tahu bagaimana cara mengakali untuk memanfaatkan informasi itu. Lebih-lebih, langkah akal-akalan itu (khususnya di Internet Explorer), juga kurang aman. Dan, pengguna harus repot mengaktifkan lagi karena setiap situs saat ini perlu akses teknologi itu (di sisi lain teknologi ini dipakai untuk menghalangi pengguna).

Larangan klik kanan mungkin diperlukan bagi situs informasi rahasia, semacam portal bank. Saya menjumpai KlikBCA dan Internet Banking Bank Mandiri melakukan hal itu. Untuk mereka, saya memakluminya.

Ancaman sesungguhnya bagi penerbit informasi seperti detikcom adalah dari orang-orang yang melek teknologi, dan menyalahgunakan informasi detikcom untuk kepentingan mereka sendiri. Lebih-lebih dijual lagi, entah melalui media lain (misalnya melalui layanan pesan singkat). Apakah mereka bisa dihalangi biarpun detikcom menghalanginya dengan klik kanan? Tidak bisa.

Setiap isi situs bisa disedot, disalin dan disimpan kembali dengan mudah. Biarpun klik kanan dilarang! Setelah diambil, informasi itu dapat disaring ulang, informasi sampahnya dibuang, lalu dapat diterbitkan ulang menjadi media lain. Dijual melalui layanan SMS premium. Dipublikasikan melalui situs portal. Dan seterusnya. Semua itu mudah dilakukan tanpa perlu klik kanan!

Jadi menurut saya, penerbit situs, seperti detikcom dan 21cineplex, seharusnya berkonsentrasi terhadap pengambil isi situs ilegal (dan mempublikasikannya kembali). Bukan repot-repot menghalangi pemakai biasa, yaitu pasar utama situs mereka. Langkahnya tentu saja ada dan bisa dicari. Yang jelas, langkah proteksi itu bukan dengan menghalangi akses informasi yang menjadi dasar aset mereka. Jadi, setelah penjelasan yang demikian panjang lebar ini, apakah penerbit situs masih sukarela melarang klik kanan? Adalah hal bodoh kalau klik kanan masih dilarang!