Pada Ahad, 28 April 2016 lalu, dengan sisa napas ngos-ngosan, kaki terasa remuk, keringat menetes seperti rembesan buangan AC, kaos basah kuyup, saya memantapkan senyum sesaat sebelum menjejak kaki di garis akhir lomba lari Sritex Run. Biar foto di garis tamatnya keren dong. Jam saya merekam waktu tempuh 1 jam 16 menit 34 detik. Rekaman dari panitia lomba mencatat waktu saya 1 jam 21 menit 18.8 detik, pada urutan 666 untuk kategori umum putra. Wah angkanya mistis! Ada perbedaan waktu karena saya perlu 5 menit untuk pipis. Inilah pencapaian terbesar saya 4 dekade ini!

2016 Sritex Run

Sesungguhnya waktu tempuh itu biasa saja. Eduardus Nabunome, pemegang rekor nasional 10K hanya perlu waktu 29 menit 25 detik untuk jarak yang sama pada 1989, atau 25 tahun lalu. Tapi bagi pria 37 tahun bapak dari dua anak yang sudah beruban banyak (apa hubungannya?!)–dan baru bisa berlari setahun terakhir–tentu bangga dengan hasil ini. Oh ya, kondisi badan saya tidak sedramatis yang saya cerita di atas kok.

Sritex Run adalah Lomba Lari Jalan Raya yang di prakarsai oleh PT. Sri Rejeki Isman (Sritex). Sritex, menurut klaim mereka, adalah perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara. Markas pabrik ini ada di kota Sukoharjo, Jawa Tengah, selatan kota Solo. Produk seragam militernya diekspor ke 30 negara. Sebagian produk mereka dipasarkan dengan merk lain oleh berbagai perusahaan lain dan masuk ke pasar internasonal, misalnya: walmart, macy’s, H&M, dll. Selain itu mereka juga memasarkan bahan dasar seperti benang dan kain mentah. Pabrikan garmen ini mengadakan lomba lari untuk merayakan 50 tahun mereka.

Saya membayar Rp100.000 untuk mendaftar di lomba lari Sritex. Tiap peserta mendapat paket berupa tas punggung ringkas berisi kaos lari dan nomor dada. Sebuah medali yang katanya berlapis emas, dijanjikan pada mereka yang bisa menyelesaikan lari di bawah batas waktu dua jam. Ongkos lomba ini cukup terjangkau dibanding lomba lari lainnya. Peserta Jakarta Marathon 2016 harus merogoh uang Rp600.000, sementara peserta Maybank Bali Marathon 2016 harus merelakan Rp325.000, semua untuk biaya lomba kategori 10K. Menilik mahalnya ongkos lomba lari, ada yang bilang lari bisa jadi bisnis yang menarik di masa depan. Ada juga yang bilang mahalnya biaya lomba lari akibat “pajak” hadiah pelari elit yang makin besar. Entah mana yang benar. Yang jelas, dengan ikut lomba ini saya bisa menguji hasil latihan 2 bulan, sementara keluarga saya bisa mudik ke rumah embah-nya. Solusi adil :)


Pada 17 Juni 2016 lalu saya mendaftar sebagai peserta Bank Jateng Borobudur Marathon 2016. Saya mendaftar kategori Full Marathon. Lomba akan diadakan 20 November 2016 di Magelang, Jawa Tengah. Sebenarnya saya enggan bercerita, tapi menurut panduan dari buku yang saya jadikan pedoman melaksanakan latihan, katanya saya sebaiknya cerita, agar tercipta komitmen. Kalau sudah diumumkan, malu dong kalau latihannya tidak sungguh-sungguh. Hehehe… baiklah.

Untuk bisa lari tidaklah seketika. Agar bisa menyelesaikan 5 km pertama, saya harus latihan selama 2 bulan, mulai dari jalan kaki, memaksa tahan fisik untuk lari 1 km, 2 km, lalu 3 km, hingga tak terasa bisa berlari, tepatnya lari kecil alias jogging, hingga lari 5 km tanpa berhenti. Biar kuat menempuh 10 km juga ada latihan dua bulan. Maka ketika ada komitmen lari marathon yang jaraknya 42,195 km, jadilah latihannya harus sungguh-sungguh. Saya mantap mengikuti panduan dari buku The Non-Runner’s Marathon Trainer karya David Whitsett, dkk. Menurut penulisnya, dari 200 orang yang mengikuti program latihan rancangan mereka, hanya 1 orang yang tidak bisa menyelesaikan marathon, itu pun karena orangnya tidak disiplin menjaga asupan air minumnya.

Lari mengubah banyak hal dalam kehidupan saya. Ia mengajari saya mengenal dan menjaga fisik saya lebih baik. Ia juga tentang kesabaran, tentang daya tahan melawan sakit dan capek, tentang komitmen jangka panjang, tentang disiplin latihan, juga tentang pola pikir positif akan dunia. Lari juga membantu sembuh dari sakit pinggang akut yang saya derita karena posisi bekerja lebih banyak duduk. Tentang itu semua saya akan tulis lagi kalau saya sudah bisa menyelesaikan marathon nanti.

Hari ini, 1 Agustus 2016, adalah hari pertama program latihan hingga 16 minggu ke depan. Sekitar 4 bulan. Tiap minggu ada empat hari berlari. Hari terakhir dari empat hari itu berisi lari jarak jauh. Seiring waktu, jarak lari akan ditambah dari minggu ke minggu. Lari terjauh nantinya sekitar 30 km. Menurut program, bila seseorang sudah bisa lari 30 km, katanya dia akan bisa menyelesaikan 42,195 km. Target hanya menyelesaikan lomba, bukan waktu tempuh dalam batas tertentu.

Bismillah. Semoga semua lancar. Saya mau latihan lagi.