Saat itu, lebih dari enam puluh tahun lalu. Atas anugrah alam, tempat itu sudah ditakdirkan menjadi tempat yang sunyi, sepi, dan jauh dari kehidupan. Sebuah tempat yang cocok untuk persembunyian dan kegiatan rahasia. Sebuah gurun sepi, dengan dataran tinggi, dengan struktur iklim dan angin yang tepat untuk sebuah rencana rahasia. Los Alamos namanya.
Kota ini pasti sudah dikenal orang. Nama ini merujuk pada kenangan buruk dari sebuah sejarah manusia modern, sebuah rencana besar manusia untuk mengubah dunia, sebuah proyek ambisius bernama Proyek Manhattan (Manhattan Project).
Proyek Manhattan adalah sebuah proyek rahasia pemerintah AS yang memproduksi Bom Atom pertama.
Pada 1939, Albert Einstein, mengirim surat kepada Presiden AS saat itu, Franklin D. Roosevelt, akan bahaya potensial dari uranium sebagai senjata dengan daya ledak sangat tinggi. Hanya butuh waktu empat tahun kemudian, sekitar 1942, pemerintah AS mulai melakukan riset untuk mengembangkan bom ini. Dan tiga tahun kemudian, bom itu sukses sebagai senjata pemusnah masal tersukses di dunia.
Enam puluh tahun kemudian, ada sebuah opera berjudul Doctor Atomic. Opera ini diiringi oleh komposer kontroversial John Adams, yang menurut Wired September 2005, sebagai musikalisasi reaksi berantai sebuah bom, serta diakhiri dengan dentuman hebat untuk menunjuk kedahsyatan bom itu.
Robert J. Openheimer, adalah ahli fisika yang disebut sebagai Doktor Bom Atom itu. Adalah Profesor di University of California, dikenal kontribusinya dalam teori kuantum dan teori relativitas. Opera John Adams tadi bercerita banyak tentang ilmuwan ini.
Setelah membaca ulasan opera di Wired itu, saya teringat sebuah film lama, juga bercerita tentang orang-orang dibalik Proyek Manhattan, Fat Man & Little Boy, produksi Paramount Pictures. Film produksi 1989 ini dibintangi oleh aktor gaek Paul Newman yang berperan sebagai Jenderal Leslie R. Groves, tokoh militer yang memimpin proyek ambisius itu.
Yang berbeda dari opera tadi, film ini lebih berfokus ke peran tokoh senior Pentagon ini, seorang militer yang bisa menggerakkan ilmuwan anak asuhnya, yang digembala oleh Oppie (panggilan Openheimer), untuk mencipta dan melahirkan apa yang dikenal sebagai “Alat” (Gadgets).
Akhirnya, kita sudah tahu misi mereka sukses. “Alat” itu berhasil tercipta pada waktunya. Alat itu juga sangat sukses. Menurut perkiraan AS, antara 60.000 hingga 70.000 nyawa tewas oleh Bom Atom di Hiroshima, dikenal sebagai “Lelaki Kecil”, dan sekitar 40.000 nyawa hilang sia-sia oleh Bom Atom di Nagasaki, dikenal sebagai “Lelaki Gemuk”. Untung hanya “Lelaki Kecil” dan “Lelaki Gemuk” saja yang diledakkan, padahal menurut novelis satiris Kurt Vonnegut, ada sebuah bom lagi yang karena kejumawaan sang pilot tidak jadi diledakkan (baca Timequake, oleh Kurt Vonnegut, sudah diterjemahkan KPG). Uniknya, judul film ini juga tepat menggambarkan keadaan Oppie sebagai bocah kecil itu dan Groves yang karismatik sebagai lelaki gemuknya (yang berwibawa, mestik tidak gemuk sungguhan).
Enam puluh tahun, waktu yang sebenarnya belum lama bagi sejarah manusia. Tapi berita yang kita baca tampaknya menunjukkan hal sebaliknya. Dunia semakin suka lupa dengan sejarah buruk yang pernah diciptakan manusia. Sejarah orang-orang ambisius macam Groves dan Oppie, karena semakin banyak manusia yang bertingkah sebagai Tuhan.
Tapi, seandainya Oppie tidak melakukan itu, mungkin ada Oppie lain di negara lain, saat itu Jerman dan Rusia, yang berpacu mencipta pemusnah massal ini. Saya kira, juga tak segan mencoba meledakkan bom itu pada manusia sungguhan. Padahal uji coba Bom Atom pertama saja, dilakukan dan dipantau sejauh 9km!
Yang juga saat ini menakutkan, tampaknya makin banyak orang model Groves yang siap dengan mudah mencari Oppie-Oppie yang haus oleh ambisi dan kemurkaan hidup, karena mereka didukung oleh dana, kuasa, dan sebuah ambisi, menaklukkan dunia.
Oh Tuhan, ampunilah kami.