Stoikisme (stoic) mengajarkan mempunyai lebih sedikit keinginan akan membuat kita lebih bahagia.

Dalam hal menata benda di rumah, Marie Kondo mengajarkan kredo hanya simpan barang yang menyebabkan kebahagiaan.

Stok ajaran minimalisme juga ada dari Imam al-Ghazali: “miliki harta yang cukup untuk sehari”. Ada yang memaknai ini sebagai sikap menjauhi hedonisme. Namun, dalam konsep ini, saya memaknainya dalam ajaran minimalisme.

Ada orang punya barang mewah, bagus, dan berkualitas. Tapi hidupnya tidak cukup. Ada orang yang punya benda sederhana dan dipakai sehari-hari, itu sudah cukup baginya.

Dalam keuangan dan investasi, kredo umum yang dianut dan dipelajari adalah bagaimana memaksimalkan perolehan, laba, pertumbuhan. Puluhan jurusan manajemen dan teori finansial berkembang atas ujaran ini.

Dalam studi ekonomi, pandangan ini tidak ada salahnya. Tapi kredo minimalisme rasanya akan jauh lebih efektif: mengurangi keinginan, maka kita akan kaya. Ada orang punya uang milyaran tapi belum kaya. Ada orang punya uang Rp50 ribu sudah kaya.

Kredo ini pun bisa diaplikasi dalam sisi lain, seperti korporasi dan pemasaran.

Birokrasi harus ada sebagai panduan sistem di perusahaan, negara, dan masyarakat. CEO JP Morgan, Jamie Dimon bilang birokrasi adalah penyakit. Umumnya birokrasi adalah strategi untuk menyamarkan kompleksitas yang rumit. Sedikit birokrasi lebih baik.

Andrew Groove (eks CEO Intel) menyarankan manajemen seharusnya membawahi 6-8 bawah. Tidak lebih. Kurang dari itu tidak efisien. Lebih dari itu terlalu kompleks. Intel pada zamannya menjadi organisasi unggul yang mendukung revolusi industri digital dengan prosesor mereka.

Alih-alih menjaga kultur proteksi agar kesalahan tidak muncul ke permukaan atau publik, mungkin ini mirip beberapa kasus kekerasan seksual yang baru-baru ini muncul. Ada banyak organisasi yang lebih mengedepankan budaya “candor”, kejujuran atau keterbukaan. Anak buahnya bisa berkata apa saja, tentu dengan panduan agar feedback menjadi manfaat, dan bukan merusak.

Budaya candor ini telah dianut beberapa perusahaan yang membuat mereka unggul. Warren Buffett dikenal akan segera mengakui kesalahan jika ada strategi dan keputusannya yang salah.

Dalam upaya merawat branding (personal dan korporasi) banyak pihak berupaya mempermak citra mereka agar terlihat sempurna. Hal itu menjadi candu dan membahayakan: baik sisi finansial, fisik, atau budaya/emosi. Dengan branding minimalis, dia bisa “going further easily”. Dalam “Remote”, founder Basecamp menulis tidak ada yang suka bunga plastik.

Bahagia itu konon soal pikiran. Pikiran biasanya berharap terlalu banyak. Padahal siapa yang akan bisa memiliki seluruh dunia yang banyak ini? Relasinya, ya jelas terlalu banyak akan tidak bahagia.

Dengan minimalisme kita akan fokus ke inti, substansi, hakikat, dan lebih kepada isi itu sendiri.

Minimalisme itu membahagiakan. Saya rasa minimalisme juga bisa menyehatkan dunia.

Salatiga, 13 Desember 2021