Selamat berjumpa lagi. Terlalu banyak pikiran berkecamuk di kepala saya. Ide. Pekerjaan yang menumpuk. Hutang yang belum terbayar.
Belum sempat menulis sesuatu. Ini saja oleh-oleh perjalanan saya. Semoga dapat Anda nikmati.
Catatan: Klik gambar untuk melihat gambar versi besar
Api Gas dari Badak
Tiga bulan lalu, saya tidak pernah tahu di sebelah mana kota Bontang ada di peta Indonesia. Tapi akhirnya saya berkunjung ke kota ini, kota yang kaya dengan sumber daya gas alam.
Untuk ke Bontang, kita menempuh perjalanan udara hampir 2 jam ke Balikpapan, kemudian dilanjutkan melalui perjalanan darat sekitar 4-5 jam ke Bontang dengan melewati Samarinda, ibukota Kalimantan Timur.
Provinsi Kalimantan Timur kaya akan hasil alam. Gas, batubara, dan juga kayu adalah sumber pundi-pundi kemakmuran daerah ini. Dari sumber gas di Muara Badak, gas dibawa jauh ke Bontang, tempat PT Badak berproduksi mengolah hasil gas tersebut. Daerah Bontang yang dulu sepi kini ramai. PT Badak seperti sebuah kota tersendiri di tengah Bontang. Sisa-sisa olahan gas, dibawa jauh ke ujung ke PT Pupuk Kaltim.
Saya sempat berjalan-jalan ke daerah dekat area Pupuk Kaltim dan menemukan sebuah masjid dengan desain yang unik ini.
Bontang Kuala
Suatu sore, hari masih cerah. Akhirnya sampai pula kami di Bontang Kuala. Daerah pinggiran Bontang yang ditetapkan sebagai daerah wisata, tempat bermukimnya warga asli Bontang. Keunikan tempat ini adalah, rumah warga terbuat dari kayu, berdiri tegak di atas laut luas.
Menurut penduduk setempat, bahan kayu untuk rumah mereka adalah kayu Ulin. Katanya, kayu ini akan makin bertambah kuat bila terendam air laut.
Meski demikian, saya masih takjub melihat sebuah masjid berdiri kokoh di atas permukaan air laut. Yang membuat makin heran, masjid tersebut bertembok semen dengan alas kayu ulin!
Dunia di Atas Laut
Dengan status sebagai daerah wisata, penduduknya masih aktif beraktivitas seperti biasa. Mencari ikan. Menyewakan perahu. Atau anak-anak yang asyik belajar dan bermain bola.
Sebuah lembaga pengabdian masyarakat, dan taman bermain anak-anak. Gambar kanan adalah sekretariat karang taruna di Bontang Kuala. Di belakangnya, gedung tinggi terbuat dari kayu tersebut adalah sebuah arena olahraga tempat pemuda sekitar aktif berolahraga termasuk bulu tangkis, bola voli, dsb. Ketika baru masuk, hari sudah sore, terlihat beberapa pemuda membawa raket. “Apa mungkin main bulu tangkis di sini?” Ternyata bisa berdiri bangun setinggi itu di atas laut. Ya mungkin lah kalau begitu.
Belajar itu Wajib di mana saja
Di tengah lalu lalang pengunjung yang kebanyakan bermotor, saya tertegun ketika melihat bocah ini. Beberapa menit saya diam. Tampak bocah tersebut masih asyik tenggelam dengan bukunya. Lalu saya ambil kamera saku saya. Saya atur mode manual biar tidak menggangu belajarnya. Dan jepret. Selesai motret, saya masih diam beberapa saat, sebelum kemudian meninggalkan bocah tersebut asyik dengan belajarnya.
Laut Dunia Mereka
Sebelum meninggalkan perkampungan ini, saya berpikir, inilah dunia mereka. Dunia yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Dunia yang begitu hidup.
Jalan dan gang di sana pun diberi nama, seperti Gang Kerapu ini. Juga tersedia telepon, air ledeng, dan listrik, 24 jam sehari.
Kebetulan, laut adalah dunia mereka. Dunia yang kita yakin sangat mereka cintai.
Foto-foto diambil oleh Arif Widianto dalam kunjungan ke Bontang dan sekitarnya, serta dua kali kunjungan ke Bontang Kuala pada 21 November 2006 dan 23 November 2006. Gambar diambil dengan kamera saku Canon Powershot A530, mode Manual, no-flash.