Forum Umat Islam Utan Kayu, sekelompok massa yang mengaku sebagai warga Utan Kayu, mengusulkan Jaringan Islam Liberal (JIL) harus bubar. Tuntutan itu beralasan atas dukungan terhadap fatwa MUI yang mengharamkan liberalisme dan pluralisme. Inilah puncak ancaman pluralisme di Indonesia. Jika JIL dibubarkan, saya ragu kehidupan agama di Indonesia akan damai dan tenang. Kehidupan yang damai antar umat beragama, pluralisme sedang terancam masa depannya.
JIL dibentuk atas kegelisahan “memanasnya” suhu radikalisme agama di Indonesia. Ada Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). Ada Forum Umat Islam yang bahkan mengancam aktivis JIL, Ulil Abshar-Abdalla, dihalalkan darahnya, halal dibunuh. Ada Front Pembela Islam (FPI) yang makin liar. Kemudian berturut-turut, ada berbagai bom yang pelakunya mengatasnamakan agama Islam. Radikalisme agama ini berbahaya. Bila radikalisme ini makin tumbuh dan berkembang biak, niscaya kita akan sulit beragama sesuai dengan yang kita percaya.
Cerita kehidupan beragama seseorang ada yang begini. Setelah dibesarkan di lingkungan yang tidak terlalu konservatif agamanya, mereka kuliah di luar kota yang jauh. Mereka kemudian berkenalan dengan banyak teman. Salah satunya mahasiswa berjenggot yang pendiam, rajin ke masjid, dan kalau salat lama sekali. Mereka berkenalan. Mahasiswa awam Islam ini biasanya tertarik, ikut pengajian yang maniak memakai istilah Arab, bahasa Indonesia itu bahasa kafir. Pengajian makin menarik, karena mereka tidak pernah mendengar Islam yang begitu menarik, Islam yang paling benar dan suci. Lalu berlanjut, dan kehidupan mereka makin keras dan penuh amarah. Mereka kemudian suka berteriak “Allahu Akbar” sambil mengacungkan tangan, seolah-olah kekuatan dan gerakan mereka dari Allah. Biasanya teriakan itu diawali dengan penghujatan kelompok lawan, atau kelompok agama lain. Nada teriakan itu seolah-olah, “Kitalah armada Allah, kita akan libas semua musuh di muka bumi”. Pada tahap ini, lahirlah seorang radikalis agama baru.
Menakutkan! Saya selalu takut bila berdekatan dengan orang seperti ini, biarpun mereka sama-sama Islam. Anda setuju Islam lah yang paling benar, karena Anda orang Islam. Orang Kristen juga mengatakan agama Kristen yang paling benar. Juga agama lain. Setiap orang yang tidak setuju dengan mereka adalah salah. Apalagi orang-orang yang berteriak bahwa setiap agama sama, orang yang berteriak setiap agama harus hidup dalam lingkungan yang damai. Itulah yang dilakukan JIL selama ini. JIL harus dibasmi. JIL harus bubar!
Anda tahu Islam dari orangtua, dan saya yakin Anda beragama Islam karena mereka. Saya tidak membayangkan bila Anda lahir di tengah keluarga Kristen, apakah Anda akan beragama Islam?
Setiap orang berbeda. Begitu pula cara beragama mereka. Saya suka salat sendiri di tengah malam, dengan lampu agak temaram, dan tidak perlu mengeraskan suara. Dengan cara seperti itu, saya merasa dekat dengan Tuhan. Anda mungkin berbeda, Anda suka mengeraskan suara. Anda suka berdzikir ramai-ramai sambil menangis. Semua tidak masalah, agama punya aturannya. Di Masjidil Haram, Mekkah, saya pernah salat berdekatan dengan seorang wanita yang takbir sebanyak 7 kali (tujuh!). Saya tidak pernah tahu salat macam apa seperti itu. Tapi itulah Islam. Di sana, umat Syiah, Sunni, dan segala jenis umat lain berkumpul damai. Kenapa di Indonesia tidak?
Saya tidak sepaham dan setuju dengan tatacara Syiah. Tapi saya tidak perlu mengusir dan menendang mereka dari bumi Indonesia. Apalagi menghalau mereka ramai-ramai, seperti operasi mengusir wabah tikus. Bagaimana kalau yang terjadi sebaliknya, kita hidup di tengah mayoritas Syiah seperti di Iran? Begitupula Sunni yang terdiri dari berbagai macam variasi dan jenis.
Islam memang satu, tapi Islam begitu Warna-Warni. Kita memahami Islam dengan cara yang sangat berbeda dan unik. Lebih unik lagi, di Islam tidak ada semacam Vatikan yang mengatur tata cara beragama umat. Islam lebih demokratis dan plural.
Seandainya kita beragama menurut wahyu langsung didapat dari Tuhan, mungkin tatacara beragama makin sederhana. Tapi, orang Islam beragama menurut Nabi Muhammad, yang diceritakan dan dinisbatkan dari ulama satu ke ulama lainnya. Tiap ulama berbeda, begitu pula cara berpikir dan keputusan mereka. Imam Syafii ketika hidup di Irak dan Imam Syafii ketika hidup di Mesir dan Yaman mempunyai keputusan fikih yang berbeda. Begitu pula landasan berpikir madzhab, aliran, dan sekte lain. Ada perbedaan, ada tokoh yang memimpinnya. Ada ijtihad dan landasan berpikir masing-masing. Tidak perlu yang berbeda dikafirkan. Tidak perlu yang berbeda harus dibunuh. Harus ditutup. Harus dibubarkan.
Kalau ada orang yang melarang tatacara beribadah dan berpikir sesama umat Islam, padahal mereka sendiri orang Islam, apakah Anda percaya mereka akan mengijinkan tata cara berpikir dan hidup agama lain? Baru-baru ini ada isu penutupan gereja secara paksa oleh FPI. Kalau hal-hal seperti ini tidak dicegah dan dilindungi oleh pemerintah, apalagi dibiarkan liar, saya tidak tahu akan kemana hidup kita nanti.
Saya takut.