Judul di atas adalah contoh referensi yang kurang jelas, alias salah total. Contoh ini sering saya jumpai tidak hanya di situs (yang dianggap penulisnya kelas amatir), tapi juga masih muncul di koran (juga opini), laporan perusahaan, dan lebih-lebih pada blog.
Kenapa referensi itu salah?
Website atau situs web (disingkat situs), adalah sebuah media. Seperti media lainnya. Seperti koran anda. Seperti buku Dan Brown dibaca banyak orang. Seperti kitab Al Quran yang banyak dibaca orang Indonesia. Bagaimana Anda mengatakan referensi pada media biasa itu?
“Mas, udah lihat wawancara Tony Gunawan di Kompas? Menarik kan?”
Kalau ada orang bertanya demikian, tentu ia akan ditanya balik. “Kompas kapan?” Atau, sering biasanya bertanya balik, “Yang dia juara di Amerika Terbuka?”
Ya, pertanyaan di atas adalah contoh referensi yang salah. Referensi yang benar seharusnya berbunyi, “Mas, sudah baca wawancara Tony Gunawan di Kompas yang bercerita kisahnya di Amerika?” Agak panjang memang, tapi seperti itulah referensi yang jelas dan tepat. Atau, kalau ditulis, bisa seperti ini, Lihat wawancara Nama Duta Itu Tony, Kompas, Rabu, 24 Agustus 2005.
Untuk mengatakan buku lain lagi. Kalau Anda di atas bus umum, mungkin biar dibilang tidak terlalu sok pinter (malu didengar orang), omongannya seperti ini, “Kalo lu baca Da Vinci Code, lu bakal penasaran untuk baca-baca lagi injil dan sejarah” (masih sok pinter yah, tapi biarlah!). Itu juga referensi yang salah, pasti ada pertanyaan lain, “Da Vinci Code itu apa?” Anda kemudian harus menjawab, “Da Vinci Code novelnya Dan Brown”.
Kalau membilang Al-Quran lain lagi, Anda harusnya seperti ini, “baca Surat Al-Asr ayat terakhir, biar kamu sabar” Kalau referensi begini, “Inna Allah ha ma’ash Shaabiriin” surat di Al Baqarah, mungkin orang lain mengerti tapi bisa jadi ia kurang yakin apakah Anda benar-benar mengutip Al Quran atau tidak. Orang kadang-kadang percaya itu bunyi Al-Quran kalau yang mengatakan mengerti Quran, tapi untuk orang biasa seperti saya, lebih baik mengatakan, “Baca Al-Asr ayat 3” Beres deh. (Mohon maaf saya tidak tahu ayat lain tentang kesabaran).
Kembali ke pertanyaan awal, lalu bagaimana referensi yang benar tentang website? “Dari Google, saya tahu Katrina”, ini adalah contoh salah. Memang Anda pergi ke Google, lalu mengetik kata tertentu dan tahu Badai Katrina itu, tapi Google tidak punya sumber informasi bung. Anda akan disodori berbagai situs yang menyediakan informasinya, bukan Google. Kalau Anda mereferensikan Google, itu salah. Yang benar, di BBC, di CNN hari apa, dst.
Begitu pula mengatakan, “Baca petunjuk bikin BlogMap di arif.widianto.com”, ini salah dan kurang tepat. arif.widianto.com memang sebuah situs, dan kebetulan situs saya ini. Tapi itu adalah halaman awal. Halaman yang tidak punya informasi apa-apa, hanya pengantar tentang situs ini. Jadi, untuk referensi, Anda harus menyebut alamat lengkap ke artikel yang bersangkutan (yaitu http://arifwidi.com/catatan/2005/09/petunjuk-singkat-membuat-blogmap/
). Bila Anda mempunyai situs, cukup link seperti ini petunjuk bikin BlogMap. Bila akan ditulis di artikel, Anda harus menampilkan semua alamat di atas, bukan ke halaman depan seperti http://arif.widianto.com
itu. Contoh kesalahan di koran atau karya ilmiah biasanya seperti ini: “Berita Jatuhnya pesawat Mandala, di detikcom”, “Berita dolar jatuh di kontan” Yang benar seharusnya lengkap “detikcom hari apa dan jam apa”, dan seterusnya.
Jadi, referensi yang benar adalah menuju ke media tempat itu berada. Kalau Anda ditanya seseorang, “Dimana rumahmu?” Anda pasti tidak menjawab, “Di Jakarta” Pasti Anda akan menjawab, “Di Pamulang, Kompleks XXX”, “Di Depok, Perumahan XXX”, dst. Menyebut alamat lebih bagus lagi. Tapi biasanya hanya dikatakan ke teman akrab.
Masalah bagaimana penulisan, pengucapan, dan seterusnya akan mengikuti kaidah yang berlaku. Untuk koran, ya ditulis alamat lengkap, bukan alamat halaman muka saja. Bila website, sebuah link tentu lebih memuaskan pengunjung, daripada pengunjung repot meng-copy-paste alamat dan membuka di komputernya. Setiap kepuasan akan membangun kepercayaan seseorang kepada Anda bukan? Dan mereka akan senang kembali ke situs Anda. Juga buat para penyiar tivi, penyiar radio, dan lainnya. Bila penyebutan mengganggu, teks transkripsi radio di situs web merupakan peluasan media yang berguna bagi pendengarnya, contoh akurat lihat DemocracyNow. Begitu pula para penulis karya ilmiah, ikuti petunjuk saya ini, percayalah. Karya Anda tidak akan basi dan tetap dipercaya, karena semua referensi dapat dilacak. Siapa yang akan menghargai sebuah karya ilmiah yang menyebut, Informasi Katrina di Google
. Lucu bukan?
Jadi, mari gunakan referensi yang benar.