Cerita Kaca Spion

Kaca Spion, dari Kleiner Spiegel"Spion-ku sekarang kuganti dengan yang kecil Cak," demikian cerita teman kantor yang duduk di belakang saya. “Aku sekarang lebih lincah blusak-blusuk di antara mobil kalo macet,” tambahnya yang bikin kecut saya dalam hati.

Lo, bukannya yang kecil bikin kita nggak bisa lihat belakang Cak?” kata seorang teman saya ikutan diskusi kecil ini. Saya jadi teringat ketika sedang berhenti waktu lampu merah di perempatan, saya sering memperhatikan motor di kanan-kiri saya, banyak yang berspion kecil.

Yo, nggak apa-apa Cak. Kan masih bisa nyetir. Orang di belakang kita, harusnya yang jaga diri dong,” simpulnya sambil tertawa.

Pengendara di belakang kita harus tahu dan "menjaga diri".

Begitulah teori singkat pelajaran motor yang pernah saya dengar. Bila kita terus menerus memantau pergerakan pengendara di belakang kita, entah lewat kaca cermin atau cukup lewat lirikan sebelum mengambil/menggeser arah gerakan motor, pergerakan kita memang jadi agak lambat. Sebaliknya, pergerakan motor tanpa melihat pengendara belakang inilah yang terjadi di Jakarta. Hampir semua (ya, masih ada dan banyak yang hati-hati dan waspada) mengambil haluan, baik menelikung di samping mobil, menyalip mobil, atau belok kiri, atau kanan, tanpa memberi tanda sinyal lampu sein. Memang pengendara di belakang harus waspada, tetapi semua orang bisa silap. Ataukah, tingkat kewaspadaan ini harus seperti waspada terhadap maling dan copet?

Memang, spion standar yang tinggi dan desainnya antik itu terkesan tua. Tidak modis. Dan, barang ini sering nyangkut ketika kita lewat sela-sela mobil di kemacetan jalanan, seperti di Gatot Soebroto itu. Tapi kaca cermin itu punya tugas penting. Lebih-lebih kalau malam, hanya dengan sinarnya yang menyilaukan mata, saya tahu ada kendaraan di belakang saya yang akan mendahului. Nah, di sini masalahnya, banyak pula pengendara (entah motor dan mobil) yang memasang lampu dimnya terus menerus. Mata selalu dibuat silau olehnya, biarpun tidak alasan mereka untuk mendahului. Saya tidak alasannya, padahal lampu atas ini hanya untuk lampu waspada dan keperluan jarak jauh yang di jalan yang sepi. Lalu bagaimana dengan yang tidak memasang ya? Bagaimana pula yang memasang kaca cermin mirip punya gadis pesolek itu?

"Kaca spion motormu adalah cermin kepribadianmu, sobat!" - Diary Seorang Pengendara Motor