Pada suatu hari yang super bosan, gabut, istilah anak sekarang, aku mencari film-film berbau spy. Akhirnya ketemulah film ini.
When an American spy is kidnapped in civil war-torn Beirut, a washed-up ex-diplomat must return to the city to negotiate a high-stakes prisoner swap. — Sinopsis Beirut di Netflix
Tema spy, jelas.
Hubungan Israel, Lebanon, PLO, oke. Ini bukan film spy ala James Bond biasa.
Ada Rosamund Pike, siip.
Pernah diputar di Sundance. Okay, deh. Aku tonton.
Film ini berkisah tentang seorang staf CIA bernama Mason Skiles yang ditugaskan di Beirut. Dalam sebuah kejadian pada 1972-an, empati dan emosinya terhadap anak asuhnya yang keturunan Palestina membuat kisah karirnya berantakan. Istrinya meninggal tertembak.
Hingga sepuluh tahun kemudian pada 1982. Skiles lari dalam kehidupan mabuk-mabukan. Di sisi lain, ia bisa dianggap sukses membangun karir sebagai negosiator ulung dalam hubungan perusahaan dan serikat buruh.
Kemudian ada sebuah krisis yang memaksa tokoh kita Skiles terpaksa kembali beraksi. Ternyata anak asuhnya tersebut telah menjadi dedengkot salah satu organisasi teroris Palestina. Bakat negoisasi dan hubungan khususnya dengan anak asuhnya itu yang memaksa beraksi kembali.
Saya suka gaya dan penceritaan film ini. Tidak abu-abu. Cerita kompleks. Bisa menyindir banyak pihak, Palestina, Israel, dan Amerika sendiri.
Hubungan luar negeri tidak selalu sederhana. Meski pekerjaan intelijen membangun jaringan yang rumit tidaklah tergambar di film ini, tapi sebagai kisah spy film ini bisa dinikmati.
Bagaimana lembaga mata-mata rawan korupsi. Penyalahgunaan wewenang. Manipulasi kepentingan. Menggangsar dana operasi, dan semua ujung-ujungnya duit, baik pelaku atau negara. Hal itu bisa dilihat secara menarik di film ini.
Kemudian ada kisah negoisasi rumit yang harus dinalar secara pelan agar kita paham bagaimana posisi pihak-pihak Amerika, Israel, PLO, hubungan anak asuhnya, dan membaca arah pihak lawan untuk mencari jalan keluar yang ideal bagi semua pihak. Meski tentu saja ada risiko dar, der, dor, dan bahkan letupan perang antar-negara besar.
Ah… seperti melihat cerita spy yang riil aksinya. Meskipun di sisi lain aksi Rosamund Pike rasanya seperti dipaksakan. Bukan seksis loh ya. Tapi… you know it when you watch by yourself. Film ini saya bilang masuk kategori 8/10.
Baca entrinya Wikipedia.