Buku pernah dan selalu menyelamatkan saya.

Dalam suatu periode “dark” dalam hidup saya. Hanya satu kegiatan yang terus saya lakukan tanpa lelah. Yaitu baca, baca, dan terus baca.

Tapi itu semua perlu proses panjang. Begini ceritanya.

Meski dari dulu suka baca, tapi saya akui jumlah bacaan saya masih relatif dikit. Baca juga saya anggap sebagai hiburan. Lha bacaane novel 😀 Setahun hanya 10-20 buku.

Hingga kemudian saya mulai serius belajar membaca cepat setelah membaca tulisan Mas Nadirsyah Hosen di Facebook (saat itu), ini kutipannya:

“Lihat dulu cover bukunya, kemudian simak daftar isinya. Setelah itu lihat mukadimahnya. Dan buka ke bagian belakang buku. Baru kemudian menikmati pembahasan di tengahnya. Begitulah seni membaca dan menyentuh."1

Oalah, jadi membaca cepat bukan perkara teknis belaka. Misal skim atau membalik buku lebih cepat. Atau menggerakkan pandangan mata dari baris atas ke bawah (bukan kata per kata) karena bawah sadar kita konon otak bisa menangkap lebih banyak ide atau pesan. Tapi susah melakukan seperti itu. Saya pernah mencoba praktek dari sebuah teori membaca cepat, saya menyimpulkan kayaknya saya gak bakat baca cepat.

Yang jelas satu hal penting, jangan menggumamkan bacaan, itu memperlambat cara kita baca.

Salah satu teknik yang paling berguna diajarkan ke anak tuh menurut saya teknik baca dalam hati. Ini tahap penting menuju bacaan cepat.

Ringkasnya, seni membaca cepat fokusnya:

  • Folosofi seni membaca
  • Membaca bukan dari lembar depan ke belakang (nyonya saya tahu ini dari dulu, kalo saya anti, hehe… sekarang saya gak anti sama sekali teknik baca apa pun!)
  • Memakai peralatan indeks, daftar isi, kata kunci, kesimpulan, untuk menangkap pesan
  • Kebiasaan
  • Dan, pemahaman/domain knowledge (ini paling penting!)

Setelah lewat berbagai macam percobaan, kegagalan, kebosanan, hingga jumlah bacaan saya meningkat, tak lama kemudian saya bisa membaca buku dalam sehari.

Lumayan… meski masih jauh dari Gus Nadir yang bisa selesai 4 buku sehari, atau 2 buku dalam sekali duduk! Mantap tenan toh beliau ini. Saya kira banyak orang pinter memang sudah tahu skill ini.

Ada satu buku lain yang menurut saya layak disebut sebagai teori membaca, silakan baca “How to Read A Book” (Mortimer J Adler). Singkatnya, jadikan membaca sebagai kebutuhan, layaknya makanan, atau udara. Pasti kita nanti jadi manusia pembaca.

Sekarang saya bisa baca 2 buku sehari. Tapi ini khusus buku investasi dan keuangan, atau beberapa subyek lain yang familiar.

Ada beberapa jenis buku yang memang bakal (ingin) lambat dibaca, misalnya sejarah. Ada yang pasti cepat.

Nah, Anda bertanya gimana buku menyelamatkan saya? Pertama, bacaan bisa menghibur, mengalihkan perhatian kita dari masalah, mengantar kita ke dunia lain, dan bisa belajar dari dunia orang lain. Yang kedua, banyak bacaan akan berguna nanti, setelah kita membutuhkannya. Pasti itu 👍

Nah… PR, kalo sudah membaca harusnya bisa menulis. Ini masih jauh 🙈

Salatiga, 30 Juni 2021