Saya selalu eneg kalo ada yang mimpi muter duit di sektor pertanian. Bukannya tidak mungkin bikin startup. Tapi jangan berpikir di sisi funding deh. Pikirkan soal eksekusi, teknik olahan, bibit, dan produksi. Boleh aja mentok2 jadi makelar jenis lain, tapi soal duit pasti kita tahu semua akhirnya.

Eh, muncullah berita ini:

TEMPO.CO, Jakarta – Dana milik sejumlah investor perusahaan rintisan Tanijoy senilai lebih-kurang Rp 4,5 miliar diduga raib. Para investor dalam beberapa hari terakhir membanjiri media sosial Tanijoy untuk mempertanyakan kelanjutan proyek di perusahaan yang menghubungkan petani dan pemodal tersebut.

Kasus ini bermula pada pertengahan 2020 saat dana milik beberapa investor dari proyek yang telah selesai ditarik kembali oleh pihak Tanijoy. “Tanijoy menyampaikan kalau ada permasalahan dan akan tertunda pengembalian dananya dan sampai sekarang masih banyak yang tertunda,” ujar Ketua I Himpunan Lender Tanijoy Fadhil saat dihubungi Tempo, Senin, 26 Juli 2021.

Sumber: Tempo: “Dana Milik Sejumlah Investor di Tanijoy Senilai Rp 4,5 Miliar Diduga Raib”1

Saya pernah komentar di salah satu startup lain soal pembiayaan urunan di pertanian. Saya kasih komentar di FB-nya, kalau rugi yang nanggung siapa? Jawabannya muter-muter ini startup resmi diawasi lah, dst.

Sebagai anak (bapak pensiun guru jadi petani), cucu petani, dan mantunya petani, saya tahu siklus bertani pasti ada gagal panen, diserbu tikus, wereng membludak, gagal tanam, atau kena banjir atau angin ribut.

Prove me wrong kalo ada startup yang bener2 helpful buat petani. Saya respek mereka yang terjun bukan di sisi financing atau model makelar. Ada masalah di startup tani lainnya, nggak?

NB: Kalau ada startup pinjol target pasar petani, menurut saya bener-bener tega. Lain waktu kita bahas juga soal pinjol dan startup urun dana, yang bisa meletus juga bahayanya.