Mari kita berbicara tentang kapital. Dari Oxford Advanced Learner Edition 7th, salah satu artinya adalah “wealth or property that is owned by a business or a person”.

Saya bukan ahli ekonomi atau ahli bahasa, tapi mari kita coba mengartikan arti kapital ke cakupan yang lebih luas. Wealth, kekayaan. Atau, bisa kita coba anggap sebagai nilai.

Manusia, pada awalnya hidup untuk dirinya sendiri. Ketika lapar, mereka berburu, mengganyang apa yang bisa dimakan, untuk diri dan keluarganya. Bila makanan tersisa, kemudian dibuang.

Hingga, ketika jumlah manusia semakin bertambah, akhirnya mereka bertemu, menemukan kesamaan—atau perbedaan—antara satu dan lainnya. Dari sini, mereka akhirnya menemukan solusi untuk pertukaran-pertukaran dan permbagian kerja yang semakin lama semakin canggih.

Pada awalnya kita tahu mekanisme pertukaran bernama barter. Saya punya buah, Anda punya beras. Mari kita tukar.

Pertukaran-pertukaran itu kemudian berkembang, ada emas, property, uang, dan kemudian stock/jaminan (ingat jaman Tulipomania).

Kapital berputar, bertukar, beralih peran sangat cepat, berkeliling dari sudut dunia satu ke pelosok lainnya.

Hingga kemudian waktu kemudian berputar kembali. Dunia tampaknya seperti “cenderung” kembali ke era lama, dunia tanpa uang. Di Jepang, sudah mulai ada kios-kios yang berjualan tanpa bayaran uang. Hanya dengan menunjukkan “identitas” saya, seperti handphone dengan identifikasi-data (misal RFID) tertentu, saya bisa dikenal apakah saya mempunyai nilai kapital untuk membayar sesuatu atau tidak. Bila data cocok, transaksi terjadi. Saya memberi nilai kepada orang lain, saya mendapatkan nilai dari orang lain.

Dan, apa yang menarik tentang fenomena kapital akhir-akhir ini? Khususnya bidang teknologi dan informasi?

Cobalah tengok layanan outsourcing global, RentACoder.com, oDesk.com, dan TopCoder.com. Mereka adalah tempat bertukar kapital dari seluruh dunia. Ada pencari kerja (provider), dan pemberi kerja (jobs).

RentACoder, konsepnya adalah tempat pemberi kerja membidik tenaga kerja yang tepat dan efisien (dari sisi biaya khususnya). Pekerjaan apa saja beredar di situs ini, mencari para pekerja yang siap untuk sedikit uang receh. Bayangkan, 100 dolar AS untuk sebuah aplikasi support sistem, sistem pembakar CD, atau desain web. Bagi pekerja profesional, apalagi yang mukim di negeri Barat, angka ini tentu tidak masuk akal. Tapi begitulah. Situs ini berjalan karena masih banyak orang-orang dari negara miskin, misalnya Asia (India, China, atau ASEAN), Eropa timur, atau Afrika, yang membutuhkan penghasilan. Angka 100 dolar tentu cukup lumayan.

oDesk.com konsepnya lain lagi. Tempat ini adalah wadah para pekerja melamar pekerjaan freelance. Sistemnya cukup mapan, berbasis flat (per project flat atau fix sejumlah jam kerja), atau hitungan jam-jaman. oDesk mewajibkan kita memasang software khusus buatan mereka. Setelah login, kita dapat melamar berbagai pekerjaan yang ada di sana. Bila lamaran kita diterima, kita bisa segera bekerja, sistem akan mencatat dan menagih berdasarkan lama pekerjaan yang kita lakukan dikalikan rate per jam yang disepakati.

TopCoder berbeda lagi, konsep situs ini adalah tempat berkompetisi para profesional untuk mengerjakan pekerjaan buat pemberi kerja (sponsor). Anggaplah AOL, NASA, CIA, Google, memerlukan tenaga kerja untuk proyek mereka. Kebetulan yang disebut terakhir ini adalah perusahaan dan lembaga sponsor yang pernah mendanai beberapa lomba TopCoder. Proyek ini, mungkin diperkecil lagi agar lebih spesifik, lalu ditawarkan ke peminat anggota TopCoder. Para peminat bisa mendaftar, lalu menawarkan solusi. Para pemenang (mereka yang meraih uang hadiah), dihitung dari aturan yang ada, apakah yang tercepat, yang banyak divote, atau yang dipilih oleh klien dengan sebelumnya menjalani masa revisi dan umpan balik. Intinya, hasil akhirnya adalah sebuah proyek bisa selesai, dengan hasil terbaik (programmer, desainer, dan ahli-kreatif yang teruji), tepat waktu, bahkan sebuah proyek dibagi-bagi bisa dijalankan hampir simultan, dan sangat efisien.

Bila kemudian kita coba mengerti fenomena ketiga pemberi jasa tersebut, apalagi yang kita pahami? Itulah kapital, dalam arti yang nyata.